INDUKTOR
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ?
Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus
listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling
kawat tembaga akan terbentuk medan listrik. Dengan aturan tangan kanan dapat
diketahui arah medan listrik terhadap arah arus listrik. Caranya sederhana
yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan sedangkan keempat jari lain
menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke empat jari lain adalah
arah medan listrik yang mengitarinya.
Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga
paralel yang keduanya diberi arus listrik. Jika arah arusnya berlawanan, kedua
kawat tembaga tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah arusnya sama ternyata
keduanya berdekatan saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya induksi
medan listrik. Dikenal medan listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan
listrik B pada suatu luas area A tertentu difenisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang biasa
digunakan untuk menunjukkan besar magnetic
flux ini adalah F dan satuannya Weber (Wb = T.m2). Secara
matematis besarnya adalah :
medan
flux...(1)
Lalu bagaimana jika kawat tembaga
itu dililitkan membentuk koil atau kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri
listrik maka tiap lilitan akan saling menginduksi satu dengan yang lainnya.
Medan listrik yang terbentuk akan segaris dan saling menguatkan. Komponen yang
seperti inilah yang dikenal dengan induktor selenoid.
Dari buku fisika dan teori medan yang menjelimet,
dibuktikan bahwa induktor adalah komponen yang dapat menyimpan energi magnetik.
Energi ini direpresentasikan dengan adanya tegangan emf (electromotive force) jika
induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf ditulis :
tegangan emf .... (2)
Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V=RI, maka
kelihatan ada kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V
adalah besar tegangan jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L
adalah induktansi dari induktor dan E adalah tegangan yang timbul jika
induktor dilairi listrik. Tegangan emf di sini adalah respon terhadap perubahan
arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus di/dt. Sedangkan bilangan
negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi
cenderung melawan perubahan yang menyebabkannya.
Hubungan antara emf dan arus inilah yang disebut dengan induktansi,
dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry.
Induktor disebut self-induced
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam
suatu rangkain berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering
menjadi pertimbangan dalam mendesain pcb supaya bebas dari efek
induktansi terutama jika multilayer.
Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf
menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati
tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara matematis
induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah
akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :
induktansi ...... (3)
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah
untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc
salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap
fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah
bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih
banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter,
tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan
menimbulkan medan elektrik di sekitarnya. Berbagai bentuk kumparan, persegi
empat, setegah lingkaran ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan
menghasilkan medan listrik yang berbeda.Penampang induktor biasanya berbentuk
lingkaran, sehingga diketahui besar medan listrik di titik tengah lingkaran
adalah :
Medan listrik ........ (4)
Jika dikembangkan, n adalah jumlah lilitan N relatif
terhadap panjang induktor l. Secara matematis ditulis :
Lalu i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol m yang dinamakan permeability dan mo yang disebut permeability udara vakum. Besar permeability m tergantung dari bahan inti (core) dari induktor. Untuk induktor tanpa inti (air winding) m = 1.
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3) dapat ditulis menjadi :
Induktor selenoida dengan inti (core)
L : induktansi dalam H (Henry)
m : permeability inti (core)
mo : permeability udara vakum
mo = 4p x 10-7
N : jumlah lilitan induktor
A : luas penampang induktor (m2)
l : panjang induktor (m)
Inilah rumus untuk
menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja rumus ini
bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai
induktansinya sudah ditentukan.
Toroid
Ada satu jenis
induktor yang kenal dengan nama toroid. Jika biasanya induktor berbentuk
silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya selalu
menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat.
Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar dalam. Maka panjang induktor efektif adalah kira-kira :
Keliling lingkaran toroida
Dengan demikian untuk toroida besar induktansi L adalah :
Induktansi Toroida
Salah satu
keuntungan induktor berbentuk toroid, dapat induktor dengan induktansi
yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan induktor berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya
menggunakan inti (core) yang melingkar, maka medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb.
Ferit dan Permeability
Besi lunak banyak digunakan sebagai inti (core)
dari induktor yang disebut ferit. Ada bermacam-macam bahan ferit yang
disebut ferromagnetik. Bahan dasarnya adalah bubuk besi oksida yang
disebut juga iron powder. Ada juga ferit yang dicampur dengan bahan bubuk lain seperti nickel, manganese, zinc (seng) dan magnesium.
Melalui proses yang dinamakan kalsinasi yaitu dengan pemanasan tinggi
dan tekanan tinggi, bubuk campuran tersebut dibuat menjadi komposisi
yang padat. Proses pembuatannya sama seperti membuat keramik. Oleh sebab
itu ferit ini sebenarnya adalah keramik.
Ferit yang sering dijumpai ada yang memiliki m = 1 sampai m
= 15.000. Dapat dipahami penggunaan ferit dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai induktansi yang lebih besar relatif terhadap jumlah
lilitan yang lebih sedikit serta dimensi induktor yang lebih kecil.
Penggunaan ferit juga
disesuaikan dengan frekuensi kerjanya. Karena beberapa ferit akan
optimum jika bekerja pada selang frekuensi tertentu. Berikut ini adalah
beberapa contoh bahan ferit yang di pasar dikenal dengan kode nomor
materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data kode
material, dimensi dan permeability yang lebih detail.
Data Material Ferit
Sampai di sini
kita sudah dapat menghitung nilai induktansi suatu induktor. Misalnya
induktor dengan jumlah lilitan 20, berdiameter 1 cm dengan panjang 2 cm
serta menggunakan inti ferit dengan m = 3000. Dapat diketahui nilai induktansinya adalah :
L » 5.9 mH
Selain ferit yang
berbentuk silinder ada juga ferit yang berbentuk toroida. Umumnya di
pasar tersedia berbagai macam jenis dan ukuran toroida. Jika datanya
lengkap, maka kita dapat menghitung nilai induktansi dengan menggunakan
rumus-rumus yang ada. Karena perlu diketahui nilai permeability bahan
ferit, diameter lingkar luar, diameter lingkar dalam serta luas
penampang toroida. Tetapi biasanya pabrikan hanya membuat daftar indeks
induktansi (inductance index) AL.
Indeks ini dihitung berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan
data ini dapat dihitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan
nilai induktansi tertentu. Seperti contoh tabel AL berikut ini yang satuannya mH/100 lilitan.
Tabel AL
Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi yang diinginkan adalah :
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai AL = 100. Maka untuk mendapatkan induktor sebesar 4mH diperlukan lilitan sebanyak :
N » 20 lilitan
Rumus ini sebenarnya
diperoleh dari rumus dasar perhitungan induktansi dimana induktansi L
berbanding lurus dengan kuadrat jumlah lilitan N2. Indeks AL umumnya sudah baku dibuat oleh pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability bahan feritnya.
Permeability bahan
bisa juga diketahui dengan kode warna tertentu. Misalnya abu-abu, hitam,
merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya sekedar
warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi juga sebagai
pelapis atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa nilai
tegangan kerja untuk toroida tersebut.
Contoh bahan ferit
toroida di atas umumnya memiliki permeability yang kecil. Karena bahan
ferit yang demikian terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak juga ferit toroid dibuat dengan nilai permeability m
yang besar. Bahan ferit tipe ini terbuat dari campuran bubuk besi
dengan bubuk logam lain. Misalnya ferit toroida FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.
Kawat tembaga
Untuk membuat induktor
biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat panjang. Paling
yang diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi
bahan kawat tembaga dapat diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa
digunakan. Untuk pemakaian yang profesional di pasar dapat dijumpai
kawat tembaga dengan standar AWG (American Wire Gauge). Standar
ini tergantung dari diameter kawat, resistansi dan sebagainya. Misalnya
kawat tembaga AWG32 berdiameter kira-kira 0.3mm, AWG22 berdiameter
0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira 0.8mm. Biasanya yang
digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Penutup
Sayangnya untuk
pengguna amatir, data yang diperlukan tidak banyak tersedia di toko
eceran. Sehingga terkadang dalam membuat induktor jumlah lilitan yang
semestinya selalu berbeda dengan hasil perhitungan teoritis. Kawat
tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti harus
lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada
prakteknya untuk membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi
induktansinya cukup besar. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang
akurat ada efek kapasitif dan resistif yang harus diperhitungkan. Karena
ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya dipermukaan saja. Ini
yang dikenal dengan istilah efek kulit (skin effect). Ada satu
tip untuk membuat induktor yang baik, terutama induktor berbentuk
silinder. Untuk memperoleh nilai “Q” yang optimal panjang induktor
sebaiknya tidak lebih dari 2x diameter penampangnya. Untuk toroid
usahakan lilitannya merata dan rapat.
referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Induktor , http://cnt121.wordpress.com/2007/11/14/induktor/